Weekend bersejarah: untuk umat manusia dan untuk komunitas ITB



By: Bimo Purbo - MS

Sabtu, 12 Oktober 2019, Eliud Kipchoge, pelari dari Kenya mencetak sejarah dengan memecahkan rekor full marathon 42.195 km, ditempuh dalam waktu 1:59:40 dalam event Ineos 1:59 challenge. Selama puluhan tahun marathon digelar, belum pernah ada satupun yang berhasil menembus sub two hour.
Pelaksanaan 1:59 challenge sangat luar biasa karena didedikasikan khusus untuk Kipchoge memecahkan rekor:
  • Meteorologist dilibatkan untuk menentukan lokasi dan waktu yang terbaik untuk mengadakan event: temperatur, cuaca, kelembaban termasuk arah dan intensitas angin; terpilihlah Vienna, ibukota Austria.
  • Satu kota Vienna disterilkan, dibuat marka khusus hanya untuk Kipchoge berlari. Warga Austria memberikan tempat terbaiknya untuk seorang Kipchoge yang berbeda kebangsaan dan negara.
  • 41 orang pelari elite dari seluruh dunia dilibatkan bergantian untuk menjadi pacer mengurangi wind resistance. Syarat menjadi pacer sangat berat: harus bisa 10K dalam 28 menit. Para pelari elite yang dalam kesehariannya bersaing sangat ketat (termasuk bersaing juga dgn Kipchoge!), di hari tersebut mereka bekerja keras bahu membahu membentuk formasi wind breaker untuk mendukung Kipchoge memecahkan rekor.
  • Engineers menciptakan laser guide yang di-beam ke jalan secara terus menerus sebagai penuntun agar Kipchoge dan para wind breaker-nya dapat konsisten berlari dalam rentang pace yang ditargetkan.

Kipchoge dan semua pendukung 1:59 challenge berhasil membuktikan bahwa #nohumanislimited; semua keterbatasan bisa di-break dengan kerja keras dan kerjasama. Lintas negara, lintas kultur, lintas profesi, tanpa ego: semua terfokus pada satu tujuan.
—————
10,550 km dari Vienna: event ITB Ultra Marathon 200K
—————
Di weekend yang sama Kipchoge memecahkan rekor, 3500 pelari mengarungi jarak 200 kilometer Jakarta - Puncak - Bandung. Hanya segelintir dari pelari tersebut yang professional athlete, hampir semuanya pelari amatir yg kesehariannya berprofesi sebagai karyawan, pengusaha, mahasiswa bahkan pensiunan dan ibu rumah tangga.
Lintas angkatan, lintas jurusan, lintas profesi semuanya bahu membahu meninggalkan ego masing-masing, mempercayakan kepada dukungan tim support bagi pelari individu maupun mempercayakan estafet lari ke pelari lain bagi tim relay; menembus malam Jakarta yang padat, melintasi jalur antar kota yang gelap, berlari mendaki jalur Puncak yang curam, menembus cuaca yang tidak menentu: panas dan hujan badai.
Tim logistik dan support bekerja >32 jam non-stop membuka jalan, menuntun serta memastikan seluruh pelari aman, sehat dan tercukupi nutrisi dan hidrasinya.
Start hari Jumat 11 Oktober pukul 22:00 WIB di Jakarta, semua pelari dan tim pelari finish dengan sukses pada hari Sabtu sore dan juga Minggu pagi di Bandung.
Pencapaian para pelari amatir IUM 200K menembus garis finish memiliki kesamaan yang identik dengan pencapaian Kipchoge: membuktikan dengan nyata bahwa #nohumanislimited. Kerja keras dan kerjasama menjadi faktor utama untuk umat manusia bisa menembus keterbatasan.
Teringat quote di sudut jalan Dago Bandung:
- Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras.
- Tidak ada keberhasilan tanpa kebersamaan.
- Tidak ada kemudahan tanpa doa.
#nohumanislimited

Komentar

Postingan Populer