Drama Leg 8 yang Legendaris


by: Arief Tarmizi - IF

Catatan ITB Ultra Marathon (IUM) 2019 Jakarta - Bandung 200 Km

Seperti tahun lalu, bahkan melebihi tahun lalu, IUM menunjukkan kelasnya bukan seperti race-race lari pada umumnya. IUM memberikan getaran-getaran yg kuat pada semua yang terlibat, baik pelari, panitia, fotografer, support bahkan keluarga yang ikut mengiringi. Semua hanyut dalam euforianya.
Lebih dari 3500 pelari, yang sebagian besar alumni ITB dan juga para atlit pelari ultra yang terdaftar (2x lipat jumlahnya dari tahun sebelumnya) yang melakoni 200 Km dengan Relay 18, Relay 9 dan Relay 4, Relay 2, bahkan tidak sedikit yang sendirian melahap 200 Km!!
Saya sendiri tergabung dalam 2 tim: Code Runners (Alumni T.Informatika ITB) & 94nesha (Alumni ITB Angkatan 94). Keduanya adalah tim yang hebat menurut saya. Code Runners sangat rapih mengorganisir segala hal (saya benar-benar takjub dg canggihnya mereka mengorganisir) & menjadi Tim yang paling banyak mengumpulkan dana beasiswa hingga 2 Milyar Rupiah! Ceritanya insya Allah akan dishare di tulisan lain.
Sedangkan 94nesha adalah tim dg ikatan pertemanan yg kuat (mungkin karena satu angkatan, walau sebenarnya waktu kuliah gak saling kenal karena beda jurusan hehehe) dan tim sarat dengan prestasi. Tim ini mengirimkan 135 pelari (kontingen terbesar di IUM 2019), juga tim yang paling banyak meraih podium: Podium 1 untuk kategori R9 All Female & Podium 2 untuk kategori R9 All Male. Sungguh membang94kan!


Di Tim 94nesha IUM 2019 ini saya kembali bertugas di Leg 8, leg paling menantang dari seluruh leg/etape yang ada di IUM. Start mulai dari Restoran Manglayang/Melayang Puncak (WS 7) hingga Melrimba Puncak (WS 8), total lebih dari 13 km (paling jauh diantara leg yang ada di IUM yang rata-rata 11) dan elevation gain (menanjak) sekitar 600 m! Secara overall jalur ini sebenarnya gak runable (sulit dilarikan) karena tanjakannya yang curam. Para pelari yang sering latihanpun tidak sedikit yang kram di sini.
Saya ditugaskan jadi komandan 94reboy di leg ini. Mungkin karena saya satu-satunya alumni Leg 8 Tim 94nesha tahun lalu. Veteran yang lain punya tugas lain yang tidak kalah penting. Sirod didampuk jadi anggota 94rancang 94ranteng (R9 All male), Gilang juga di 94rancang 94reulis (R9 All female). Ketut & Bang Aswi ditugaskan juga jadi komandan 94reboy di leg yang lain. Sedangkan Anuy, alih profesi & berkibar di Tim Support & spt biasa jd maskot di Victory Run. 😃👍. Sepertinya jalur tangguh Leg 8 sudah menempa kami sedemikian rupa (ciyeh, gaya pisan). 
Tim Leg 8 tahun ini cukup kompak. Kamis sudah koordinasi beberapa hari sebelum Hari H. 5 orang berangkat bareng dari Jakarta dengan 2 mobil dari sebelum subuh. Endi & Ria yang menyetir, drop teman-teman di WS7, parkir mobil ke WS 8, kemudian kembali ke WS7 dengan ojek. Otomatis Endi & Ria sudah melihat ‘tangguhnya’ jalur leg 8 dengan tanjakan curam bertubi-tubi  cukup menjadi serangan psikologis tersendiri hiihihi
Mereka semua sudah siap berkumpul di WS7 sejak pagi. Sedangkan saya ke WS 6 dulu karena menjalankan tugas lari ke WS 7 (Leg 7) untuk Code Runner. Jalurnya juga banyak tanjakan (walau tidak sebanyak leg 8). Sekitar 12 km dengan elevation gain 400m! lumayan (pegel)! Saya PD dari sini bisa lanjut di Leg 8 karena nanti akan lari dengan pace rendah dg 94reboy, apalagi jalurnya yang curam kemungkinan besar kita akan banyak jalan di sini, itu harapan saya.
Kami diperkirakan start dari WS 7 sekitar jam 11:50-an. AlhamduliLLah saya finish di WS 7 sekitar jam 9:40 dan langsung bertemu teman-teman 94nesha Leg 8. Saya cek kesiapan mereka, ada 2 orang yang perlu jadi catatan: Endi sempat cedera tumit dan masih blm pulih sepenuhnya dan Ria cedera lutut, lututnya masih dibalut! Agak mengkhawatirkan juga, tapi Ria terlihat santai aja. Salut juga dia masih memutuskan untuk terus ikut IUM dengan kondisinya seperti itu. 3 orang lainnya: Uda Fawzan, Dadur & Imaduddin tampak bugar dan gak sabar mau mulai hehehe…
Saya juga sarankan temen-temen Leg 8 untuk kalau bisa makan siang dulu sebelum berangkat karena kemungkinkan besar kita akan melewati waktu makan siang seperti tahun lalu. Tapi mungkin karena belum benar-benar datang waktunya makan siang dan takut gak bisa lari krn kekenyangan, akhirnya kami hanya ngemil-ngemil cantik. Beruntung Yatno yang support94nesha mulai dari Bogor bawa sekotak penuh Roti Unyil, dan gak lama ludes oleh Kami 
Kami terus memantau keberadaan teman-teman dari leg sebelumnya lewat WAG, jam 11:40 sudah lewat tapi kawan-kawan dari Leg masih belum tiba. Jam 12 waktu COT pun sudah lewat, panitia sudah bongkar muatan, hikss….officially WS7 sudah bubar! Wakss…
Tidak lama di WAG, Dedi komandan Leg 7 mengirimkan pesan singkat 1 kata: “help”. Yang lain keheranan ada apa? Tapi tidak ada jawaban. Yatno sebagai support memutuskan kembali ke bawah dengan motor untuk melihat apa yang terjadi.
Tidak begitu lama setelah itu Yatno datang dengan Dedi yang langsung terkapar di lantai. Nafasnya ngos2an, wajah2nya menahan sakit. Kakinya kram. Saya langsung kasih oralit sachet rasa jeruk dicampur air utk meredakan kramnya. “Kenapa Lu Ded?” saya tanya. “Parah nih HR guwa 200 ada kali tadi” jawab Dedi. Waduh! Dedi memang dari semalam jadi support dan sempat lari juga semalam 1 leg jadi pasti kurang tidur & kecapekan dan pagi ini lari lagi! Dasar bocah...Dedi kami biarkan istirahat di lantai, tidak lama sudah bisa duduk & mulai pulih walau wajahnya masih pucat.

Tidak lama anggota Leg 7 yang lain bermunculan. Kami Leg 8 segera bersiap-siap setelah menerima gelang RFID dari Leg 7. Kami berkumpul dulu & berdoa bersama. Saya berpesan agar tidak cepat-cepat di leg ini karena pemandangannya indah, jadi jangan dilewatkan begitu saja....hehehe. Saya berpesan begitu karena tahu tanjakannya curam luar biasa, kalau terlalu memaksa juga bahaya.
Kami di 94reboy punya prinsip ‘no one left behind’. Jadi kami ber-6 akan lari sama-sama dalam 1 barisan. Mungkin hanya tim 94reboy yang seperti in (kecuali tim MGB yang tahun ini baru muncul juga melakukan hal yang sama). Jadi saya harus atur siapa yang paling depan agar tidak ada yang tertinggal.
Oke saya putuskan Ria di depan karena kondisinya yang masih cedera. Sejak awal Ria sudah bilang kalau dia ditinggal aja biar gak ngrepotin yang lain, tentu saja tidak disetujui krn bertentangan dengan ‘no one left behind’ hehehe. Di belakang Ria diikuti Endi yang baru cedera tumit, saya di tengah , Dadur paling belakang. Ternyata Dadur ditugaskan juga untuk lari lagi malam ini di Leg 12, jadi dia juga harus hemat tenaga di Leg penuh tantangan ini.
Kami start mulai jam 1 siang lewat. Matahari pas lagi terik-teriknya! Panas luar biasa! Begitu keluar dari WS 7 langsung dikasih tanjakan. Di awal-awal Ria sangat bersemangat lari, bahkan menurut saya agak kecepatan untuk tanjakan seperti ini, agak khawatir juga dengan lututnya.
Ternyata benar, setelah beberapa lama lari, Ria memperlambat larinya. Kondisi memang panas luar biasa. Ria sepertinya over heat, dia merasa keliyengan. Tapi masih berusaha terus melaju walau dengan jalan cepat di tanjakan. Walau jalan, tapi cepat juga pacenya, saya cek strava sempat pace 10.
Saya lihat 3 orang anggota Leg 8 yang lainnya masih bersabar lari-lari kecil di belakang. Beberapa Km kemudian panas makin menyengat, tanjakan juga tidak habis-habis, Ria masih terus berusaha melaju, yang lain masih setiap berlari-lari kecil di belakangnya walau kadang-kadang hampir mendahului Ria.
Saya berpikir sepertinya beberapa teman leg ingin lari lebih cepat, mungkin krn mereka sudah banyak persiapannya untuk event ini jadi kasian juga. Ria sendiri juga sebenarnya sudah latihan. Saya sempat latihan bareng di CFD. Tapi kondisinya saat ini memang lagi jauh dari ideal karena sedang cedera lutut, ditambah dia kurang tidur krn berangkat sebelum subuh dan nyetir, dilengkapi dengan panas terik, belum makan siang. Paket kumplit!!! Saya sendiri juga oke aja dengan pace segini, karena memang baru lari di leg 7 dan khawatir kram juga kalau memaksa lari di leg 8. Dadur juga di belakang sangat santai karena save energy, mau lari lagi nanti malam di leg 11.
Akhirnya grup kami bagi 2. Endi, Fawzan & Imaduddin saya persilahkan lari duluan tapi tetap bareng-bareng. Sementar saya, Ria & Dadur sudah cukup dengan pace segini. Safety first buat kami bertiga.
Saya berusaha mencari mobil logistic & menghubungi WAG agar diberikan air es/air dingin untuk mendinginkan badan karena panasnya yang luar biasa tapi tak kunjung datang. Ternyata belakangan diketahui mobil logistic tidak bisa naik karena jalur ke atas sudah ditutup. Jadi kami mengarungi lautan tanjakan Leg 8 di panas terik tanpa support, hiks 
Akhirnya saya putuskan beli air mineral yang dingin di warung terdekat. Langsung kami banjur ke kepala & minum dengan air es. AlhamduliLLah segar minta ampun. Ria seperti dapat energi baru, jalannya bisa cepat lagi.
Menapaki tanjakan berkilo-kilo meter di panas terik dalam beberapa jam ini bikin lemes & laper secara blm makan siang. Semua persediaan minuman, makanan saya, mulai kismis, kurma, dll sudah habis dilahap…akhirnya beli lagi minuman & cemilan di warung, beti antara laper & rakus….wkwkwk…
Jalur mobil ke atas sudah ditutup, mobil dari atas ke bawah memakan 2 jalur dengan kecepatan tinggi. Bus & truk yang ngebut mendahului kendaraan di sebelah kirinya hanya sekitar 2 m di samping kanan kami. Ngeri juga euy! Sementara dari belakang, motor-motor masih berusaha ke atas dan mepet beberapa cm saja dari kami.
Pada suatu saat akhirnya muncul Marshal dengan motornya dan mengambil posisi di belakang kami untuk melindungi dari motor dari belakang dan juga memberi jarak lebih lebar bagi mobil di depan. Terima kasih Marshal yang baik.
Pada tahap ini sebenarnya Ria bisa saja memutuskan utk DNF & dibawa Marshal ke WS tujuan. Tapi dia tetep cuek aja & maju terus pantang mundur wkkwwk…. Sampai akhirnya ada peserta lain yg minta diangkut, akhirnya marshal mengangkut perserta lain itu dan meninggalkan kami.
Tanjakan makin menjadi-jadi, kami makin terseok-seok. Paha, betis, dan jari kaki saya mulai ketarik-tarik. Tapi Ria malah masih maju terus, jadi terpaksa maju juga wkwkwk… Saya bolak balik ngecek strava berapa km lagi sampe hahaha…Sambil kirim pesan ke temen2 di Leg 9 yang akan melanjutkan untuk santai aja dulu, kami masih menikmati pemandangan indah di kebun teh di sini wkwkwkw….
Sampai akhirnya saya mulai kesel sama strava krn harusnya menurut strava kita sudah mau sampai tapi kok gak sampai2 wkwkwk…ternyata disitu baru Ria nunjuk dan bilang: “Nah itu Dia”. Saya bingung apaan tuh? Eh ternyata WS yg dituju sudah keliatan. Saking halunya saya sampe gak liat wkwkwk…
Ternyata catatan waktu kami di Leg 8 kali ini lebih baik dari tahun lalu. Tahun lalu sekitar 3,5 jam, tahun ini cukup 3 jam lebih dikit aja hahaha….Luar biasa salut sama Ria dengan segala kondisinya masih bisa finish. Juga dengan temen2 Leg 8 lainnya yang bisa ‘menaklukan’ Leg yang legendaris ini. Welcome to the Club! Hahaha….
Begitu sampai di Gerbang Melrimba, masih ada beberapa puluh meter sampai ke garis finish, saya ajak Ria utk lari demi foto pencitraan yang lebih ciamik. Jawabnya: Ogaaaah! Hahaha, tapi ternyata dia ikut lari juga di belakang saya wakakak…
Temen-temen Leg 9 menyambut dengan suka cita! Berakhirlah penantian Panjang mereka wkwkwk….kami serah terima RFID dan poto2 sebentar. Tapi mereka blm bisa berangkat krn komandan Leg 9, Indra lagi menangani Endi, anggota Leg 8 yang kram parah.
Saya minta Indra untuk segera jalan Bersama timnya. Saya & Dadur gantian membantu Endi. Dia mengerang kesakitan, geletak gak bisa bangun. Saya kasih oralit sachet + counterpain untuk meredakan. Dia tiduran sampai beberapa lama.
Kami tertahan di Melrimba krn tas kami di mobil logistic yang tertahan gak bisa naik ke atas. Tidak lama berselang hujan turun dengan derasnya. Terbayang teman-teman Leg 9 lelarian di luar sana di tengah hujan deras, di sore hari dg udara puncak yang dingin!
Sampai setelah magrib hujan baru agak mereda. Fawzan, Imaduddin & Ria memutuskan balik ke Jakarta. Saya nyetirin mobilnya Endi ke arah Bandung sambil antar Dadur ke WS 11 dimana dia akan lari lagi.
Drama-drama lain yang kami pantau melalui WAG masih berlangsung gak kalah seru di leg-leg berikutnya sampai terbentuknya barisan Los Banditos 😊 dll.
Acara ditutup dengan victory Run Bersama menuju kampus di Ahad pagi. Berkumpul Bersama-sama juga dengan tim lain berbagai Angkatan, berbagai jurusan dengan dramanya masing-masing.
Semua sangat menikmati kebersamaan dan kuatnya semangat gotong royong demi keberhasilan bersama. Dan kami semua bersemangat menyongsong IUM 2020 dengan berbagai rencana mulai sekarang, beserta semua pihak yang ingin terlibat lebih di sini, mulai ingin menjadi pelari, ingin menjadi support. Ingin menjadi bagian dari hal dirasakan begitu berharga ini. Event ini benar-benar berkah buat kami! Sampai bertemu di IUM 2020! Insya Allah…

Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater.

Komentar

Postingan Populer